Senin, 23 Januari 2012

Lupakan lah akoe....

Lupakan aku
Karena memang aku pantas
untuk di lupakan
Tinggalkan aku
Karena aku memang sudah
harus tertinggal Mungkinkah ini sebuah
keinginan dari mu
yang selalu kau ucapkan di
setiap doa-doa mu Jika memang kini aku tak
pantas untuk di dekat mu
Lupakanlah aku
Tinggalkanlah aku
Ucapkanlah dengan ucapan mu
yang lembut Dan akan kupahami
keinginanmu
Yang takkan pernah ku elak Memang kini sudah
seharusnya kau tinggalkan
aku
Dan sudah saatnya juga kau
raih dunia-dunia keinginanmu Dari jauh memang sudah ku
ketahuai
Karena tempat ku yang gelap
akan kembali ketempat yang
gelap Itulah takdir … Bintang tidak akan pernah
berwarna di siang hari

Ma'rifat...

Kuselesaikan tarian cintaku.
Dalam sujud dalam wujud.
Dalam fikir dalam dzikir.
Sedalamnya cinta yg dalam.
Kutuntaskan sajak cintaku.
Sepanjang ma'rifat sepanjang hayat. Sepanjang iman
sepanjang jalan. Sepanjang
cinta yg panjang.
Hingga tak tersisa dalam
jiwaku. Setitik embun
duniawi. Pun putri. Sebab cintaku. Telah hamba
damba. Pada-Mu cinta ini
kupersembahkan. Hanya pada-
Mu. Ya. . .Allohu. . .Robbi. (cc.IAR)

Hati yang teriris diiring gerimis

Dini hari menjelang pagi
diiringi rintik gerimis
hati hanya kian menangis
perih bak teriris sadis ku baca pesanmu :
“kalau kau sayang aku, pergilah..
tinggalkan dan lupakan aku..
lupakanlah mimpi-mimpi yg
tlah kita rajut brsama..
hapus aku dr hatimu..
mungkin itu lebih baik.. maafkanlah.. ” kala suasana manis trsenggal
getir bak trsambar petir
kepedihan.. ku tak mampu berbuat apa
hanya lirih ku berkata..
“sayang, jangan tinggalkan aku …”

Kematian dalam jiwa yang hidup

hari ini bulan begitu dekat dengan bumi
Meski tak mampu kulihat penuh perupaannya
Tapi segurat tanda dalam cahaya pucat pasi
Memberi arti melirik makna mengungkap tanya

Malam hari ini saat pasang di pantai-pantai hati
Mengabarkan kabar sayup-sayup kegembiraan
Meski dingin sepoi angin malam memecah ombak
Tak terasa dalam keterasingan janggal aku berdoa

Malam hari ini saat mata-mata mulai terpejam
Melukis mimpi merajut angan menguak tabir sisi
Mengusir penat seperti mereka yang telah terlelap
seakan enggan kulakukan atas kegusaran anonim

Malam hari ini saat aku kembali pulang dalam sesal
Ternyata demikian sulit untuk mendedah satu rasa
Menyadari implisitas yang terpendam dalam raga
Mencoba bangkit untuk sekedar menyapanya…

Saat aku takut menyadari
Adakah sebuah keadaan di sini
Saat hari-hari kemarin telah kulewati
Dan takkan pernah kembali lagi…

Tak ada satu pun makhluk yang abadi
Tapi paling tidak aku berharap sangat
Dapat memberi selama apa pun… yang dia mau
Atau…
{ aku bahkan tak mampu lagi berkata-kata }